Kamis, 23 Juli 2009

MSG (Monosodium Glutamat)

MSG sering ditambahkan pada daging, tahu, tempe, ikan segar sebelum diolah. Bahkan secara alami juga terdapat pada sejumlah makanan. Tomat, jagung, telur, ikan, dan daging ialah beberapa di antaranya. Ia juga terdapat pada makanan olahan.

Selain itu, pada makanan beku, makanan kaleng, makanan instan, dan beberapa minuman kemasan juga mengandung MSG dengan kadar beragam. MSG tidak hanya ada pada produk makanan dan minuman kemasan atau olahan seperti saus, keju, dan yogurt. Pada bahan makanan segarpun MSG sering ditemukan.

Berapa sebetulnya batas aman vetsin bagi tubuh manusia? Menurut Badan Kesehatan Sedunia (WHO) asupan MSG per hari yang disarankan ialah sekitar 0-120 mg/kg berat badan.

Jadi, jika berat seseorang 50 kg, maka konsumsi MSG yang aman menurut perhitungan tersebut 6 gr (kira-kira 2 sendok teh) per hari. Rumus ini hanya berlaku pada orang dewasa. WHO tidak menyarankan penggunaan MSG pada bayi di bawah 12 minggu.

Rambu-rambu itulah agaknya yang ingin disiasati produsen. Bagaimanapun, MSG membuat makanan lebih gurih dan nikmat.

Di Indonesia, produk-produk berlabel bebas vetsin atau bebas MSG mulai banyak beredar. Label itu banyak terdapat pada biskuit dan penyedap rasa.

Tapi benarkah produk itu benar-benar bebas MSG, butuh pengamatan lebih lanjut. Konsumen sebenarnya bisa melakukan beberapa langkah sederhana untuk mengetahuinya. Antara lain dengan meneliti produk yang diklaim bebas MSG itu. Bila dalam labelnya terdapat kata-kata autolyzed yeast, hydrolyzed soy protein, atau sodium caseinate, maka artinya produk tersebt mengandung MSG.

Selain kata hydrolyzed, cek pula kata amino acid. Sebab, asam amino juga sering menjadi samaran untuk menutupi keberadaan MSG dalam suatu produk.

Penyedap rasa yang diproduksi di Indonesia umumnya merupakan hasil gula tetes tebu (molase). Gula tetes yang banyak mengandung glutamin itu diproses sedemikian rupa hingga mengeluarkan asam glutamat. Pada produk penyedap rasa terdapat sekitar 40 persen MSG.

Vetsin lantas juga dibuat dalam berbagai bentuk yang memudahkan pemakaiannya. Ada yang berbentuk bubuk, cair, maupun padat. Bentuk bubuk ada yang menyerupai butiran garam ada pula yang seperti tepung. Namun, fungsi dasarnya tetap sama, menyedapkan masakan.

Sebenarnya, tidak terlalu berbahaya mengonsumsi MSG, asal tidak terlalu sering dan 'obral' dalam pemakaiannya. Apalagi, kini MSG juga telah dimodifikasi menjadi kaldu instan. Yang banyak beredar ialah penyedap rasa kaldu sapi dan kaldu ayam. Meski disebut kaldu, ia tetap mengandung MSG, tak berbeda dengan vetsin biasa.

Sejumlah bahaya yang dikandung MSG hingga kini masih menjadi perdebatan. MSG dikatakan menjadi penyebab migrain, sulit bernafas, kerusakan retina, dan bahkan kanker. Yang jelas, bagi orang tertentu vetsin memang dapat mengganggu kesehatan.

Gejala umum yang biasa menyertai santapan bervetsin ialah leher dan dada panas, sesak napas, disertai pusing-pusing. Gejala ini sering disebut sebagai 'sindrom restoran Cina'. Menyantap 2 - 12 gram MSG sekali makan sudah bisa menimbulkan gejala ini. Gejala itu akan segera menghilang dua jam kemudian.

MSG,dapat menembus plasenta pada saat kehamilan, menembus jaringan penyaring antara darah otak, dan menyusup ke lima organ circumventricular. Pelindung darah otak yang terkontaminasi dapat mengakibatkan kelainan hati, trauma, hipertensi, stres, demam tinggi dan proses penuaan. MSG juga memicu reaksi gatal, bintik merah di kulit, mual, dan muntah sakit kepala, migren, asma, gangguan hati, ketidakmampuan belajar dan depresi.
Penggunaan MSG lebih berisiko pada bayi dan anak-anak.

Sejumlah tujuh makanan ringan dalam kemasan (snack) yang biasa dikonsumsi anak-anak tidak mencantumkan kandungan MSG (vetsin) yang diyakini bila MSG dikonsumsi dalam jumlah tertentu mengancam kesehatan anak.

Nurhasan dari (Public Interest Research and Advocacy Center-PIRAC) di Jakarta, Kamis, mengatakan pihaknya sudah meneliti 13 contoh makanan ringan yang beredar luas.

Dari 13, tujuh diantaranya mengandung Mono Sodium Glutamate--MSG tetapi tidak mencantumkannya dalam kemasan, empat produk menyatakan mengandung penyedap dan penambah rasa tetapi tidak menyebutkan mengandung MSG dan dua produk mencantumkan MSG namun tidak menyebut jumlah kandungannya.

Ketujuh produk tersebut adalah Cheetos (1,20 persen), Chitato rasa sapi panggang (1,06), Chiki rasa keju (0,76), HappytosTorpilachips (0,71), Golden Horn rasa keju (0,46), Smax rasa ayam (0,57), dan Taro Snack rasa rumput laut (0,62).

Keempat produk yang menyatakan mengandung penyedap dan penambah rasa tetapi tidak menyebutkan mengandung MSG adalah Zetz rasa ayam bumbu mamamia (0,50), Twistko rasa jagung barbeque (1,59), Double Decker Snack ayam (0,48) dan Twistee Corn (0,47). Keempat produk itu dinilai dianggap menyesatkan karena menyebutkan mengandung penyedap rasa tetapi tidak menyebutkan mengandung MSG.

Dua produk yang mencantumkan MSG tetapi tidak menyebutkan jumlah kandungannya adalah Gemez rasa ayam panggang (0,59) dan Anak Mas rasa keju (0,52).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar