Malaria adalah penyakit menular yang disebabkan oleh parasit Plasmodium yang dalam salah satu tahap perkembang-biakannya akan masuk ke dalam sistem imun (kekebalan tubuh), menginfeksi hati, dan menghancurkan sel darah merah. Pada masa inkubasi malaria plasmodium hidup dan berkembang biak dalam sel hati. Beberapa hari sebelum gejala pertama terjadi organisme tersebut menyerang dan menghancurkan sel darah merah sejalan dengan perkembangan mereka, sehingga menyebabkan demam. Demam ini dapat terjadi selama dua minggu setelah infeksi.
Malaria dapat dibedakan menjadi beberapa tipe berdasarkan jenis Plasmodium penyebabnya, antara lain Malaria Tertiana yang disebabkan oleh Plasmodium vivax, Malaria Quartana yang disebabkan oleh Plasmodium malariae, Malaria Tropika atau Serebral yang disebabkan oleh Plasmodium falciparum, dan Malaria Ovale yang disebabkan oleh Plasmodium ovale. Di Indonesia, penyebab penyakit malaria yang utama adalah Plasmodium vivax dan Plasmodium falciparum, walaupun plasmodium jenis lain tetap ada.
Jenis malaria paling ringan adalah Malaria Tertiana, dengan gejala demam yang dapat terjadi setiap dua hari sekali setelah gejala pertama terjadi.
Malaria Quartana memiliki masa inkubasi yang lebih lama daripada Malaria Tertiana maupun Tropika, dengan gejala pertama biasanya terjadi antara 18 sampai 40 hari setelah infeksi terjadi. Gejala tersebut kemudian akan terulang kembali setiap tiga hari.
Malaria Ovale merupakan jenis Malaria yang paling jarang ditemukan, dengan gejala mirip dengan Malaria Tertiana.
Demam rimba (jungle fever ), malaria aestivo-autumnal atau disebut juga malaria tropika, disebabkan oleh Plasmodium falciparum merupakan penyebab sebagian besar kematian akibat malaria. Organisme bentuk ini sering menghalangi jalan darah ke otak, menyebabkan koma, mengigau, serta kematian.
Pada P. Falciparum dapat menyerang ke organ tubuh dan menimbulkan kerusakan seperti pada otak, ginjal, paru, hati dan jantung, yang mengakibatkan terjadinya malaria berat/komplikasi, sedangkan P. Vivax, P. Ovale dan P. Malariae tidak merusak organ tersebut. P. falciparum dalam jaringan yang mengandung parasit tua di dalam otak, peristiwa ini yang disebut sekuestrasi. Pada penderita malaria berat, sering tidak ditemukan plasmodium dalam darah tepi karena telah mengalami sekuestrasi. Meskipun angka kematian malaria serebral mencapai 20 - 50 %, hampir semua penderita yang tertolong tidak menunjukkan gejala sisa neurologis (sekuele) pada orang dewasa. Malaria pada anak sebagian kecil dapat terjadi sekuele. Pada daerah hiperendemis atau immunitas tinggi apabila dilakukan pemeriksaan SD sering dijumpai SD positif tanpa gejala klinis pada lebih dari 60 % jumlah penduduk.
sebaiknya anda memeriksakan diri ke dokter spesialis penyakit dalam,nanti dr pemeriksaan yg lebih teliti termasuk cek lab,akan diketahui lebih pasti tingkat kesembuhan yg dicapai,n obat2/suplemen apa yg masih diperlukan selama proses pemulihan ini.
Kamis, 23 Juli 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar